Saturday, April 7, 2007
Hapuskan tradisi barbar!
Seorang mantan Kepala Administrasi Praja Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri (STPDN) yang kini menjadi Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), Musridi Muis mengatakan tindak kekerasan di kampus tersebut telah menjadi tradisi yang sudah berlansung sejak lama. Lelaki yang kini menjabat Kepala Badan Kepegawaian Kota Pagaralam, Sumatra Selatan ini menilai mentradisinya kekerasan di IPDN, karena banyak orang lama yang masih bertugas di kampus calon birokrat tersebut.
Mursidi bekerja di STPDN sejak 1990 hingga 2000. Kampus IPDN sendiri terletak di Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat. Mursidi mengaku tidak pernah mencatat ada tindakan tegas berupa sanksi administratif terhadap para pelaku kekerasan di kampus. Apalagi, berbagai kasus kekerasan di kampus tersebut sering ditutup-tutupi, sehingga sulit terungkap. Seperti rekaman video amatir yang diperoleh Metro TV, kekerasan berupa pemukulan dan tendangan di bagian dada dengan alasan pembinaan kerap terjadi di tempat terbuka di IPDN. [Metrotvnews.com, Sumedang]
Mantan rektor Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) Ryaas Rasyid meminta agar IPDN ditutup jika pemerintah masih mempertahankan sistem pengawasan anak asuh di kampus tersebut. Karena sistem pengawasan itu, kata Ryaas, hanya akan menciptakan kader-kader pemerintahan yang preman dan biadab. Hal tersebut diutarakan Ryaas menanggapi kematian Cliff Muntu, siswa IPDN.[Metrotvnews.com, Jakarta]
Kesimpulannya, Tradisi plonco adalah:
No comments yet